Jumat, 25 Maret 2016

Source Rock Timor-Leste



Koalia konaba petroleum, ita sei la dok aan husi 5 petroleum system, husi elementu sistema petroleum 5 ne’e ida deit maka la iha mos labele akontese sai mina, hanesan mos ita atu halo pão, sekuandu ahi laiha mos labele sai pão.
Iha sistema petroleum iha elementu sira maka hanesan;
1.      Seal/cap rock : Fatuk ne’ebé mak iha porosidade no permeablidade ne’ebé mak kik.

2.      Trap (estrutura ou stratigrafia) : Fatin ida iha rai okos ne’ebé maka taka migrasaun mina no gas atu sai mai rai leten, tamba ne’e mina no gas akumula iha ne’eba deit.

3.      Migrasaun : Prosesu transportasaun mina no gas husi fatuk inan ba rezervatoriu.

4.      Rezervatoriu : Rezervatotiu hanesan fatin ida atu akumula fluida hidrokarbonetu (mina ou gas) no be’e iha rai okos.

5.      Source rock/fatuk inan : Depositu sedimetariu ne’ebé maka iha material organiku ne’ebé mak bele atu produtu mina no gas.

Iha ne’e hau hakarak fo konhesementu ba kolega sira ne’ebé mak le’e konaba “Oinsa kualidade Fatuk inan/Source rock” iha Timor-Leste.
Iha Sientista balun ne’ebé maka halo ona sira nian research/estudu konaba ita nian rai Timor-Leste dehan katak Formasaun ne’ebé maka sai nu’udar source rock/fatuk inan iha bacia (cekungan) ne’e mak Formasaun Wailuli, Fromasaun Atahoc, Formasaun Cribas no Formasaun Aitutu (Audley Charles, 1968; Bird, 1987; Charlton, 2001). Maibe husi sientista nain hira ne’e seidauk koalia spesifiku liu konaba potensia source rock/fatuk inan formasaun sira ne’e.
Tuir mai ita sei koalia konaba resultadu analija geokimia no petrologia organiku ne’ebé relasaun ho potensia fatuk inan husi Formasaun Atahoc, Formasaun Aitutu o Formasaun Wailuli.
Shale metan husi Formasaun Atahoc ho tinan Early Perm (Audley-Charles, 1968). Resultadu husi analija geokimika organiku (TOC) hetan 8,85% ne’ebé tama ba klasifikasaun diak los. Resultadu analija petrologia organiku dehan shale husi Formasaun Atahoc hetan komposisaun ne’ebé maka nakonu ho vitrinit (65% - 87,1%), ne’ebé mak tama ba kerogen tipo-III ne’ebe mak dehan hanesan gas prone potensial. Sasukat vitrinit iha shale husi Formasaun Atahoc liu husi 1% tamba shale ne’e tama ona ba kategoria early peak mature.
Shale metan husi Formasaun Aitutu ho tinan Late Triassic, resultadu analisa geokimia ba organiku (TOC) hetan 2,47% - 9,16% ne’ebe maka tama ba klasifikasaun diak to’o diak los. Resultadu analisa petrologia organiku dehan katak shale husi Formasaun Aitutu iha komposisaun maseral ne’ebe maka domina ho vitrinit (64% - 85,1%) no liptinit (15,2% - 40,3%) ne’ebe maka tama ba kerogen tipo-III ne’ebe ho gas prone potesial. Sasukat reflektan vitrinit iha shale husi Formasaun Aitutu husi 0,7 % - 1,1 %, tamba shale ne’e tama ona ba kategoria early mature. Husi analisa petrografia hetan ganggang tasi ne’ebe mak barak, konklusaun husi fatuk inan ne’e tama ba marine carbonate source rock.
Husi resultadu sira iha leten ne’e ita bele foti konklusaun katak potensia fatuk inan iha basia Timor-Leste mak Formasaun Atahoc ne’ebe ho tian Early Perm no Fromasaun Aitutu ne’ebe ho tinan Late Triassic. Basea ba resultadu petrografia mos dehan katak hetan vitnirit ne’ebe mak barak no tama ba kategoria kerogen tipo-III.
Prinsipio importante seluk husi identifikasaun potensia sistema petroleum mak iha ka lae rezervatorio para akumula hidrokarbonetus. Buat sira ne’e bele identifikas husi posisaun potensia fatuk rezervatorio ou analisa laboratorium atu hatene konaba fatuk rezervatorio liu husi petrografia, SEM no porosidade. Husi dadus sira ne’e it abele identifika potensia fatuk rezervatorio iha basia ne’ebe mak iha.
Arenitu Formasaun Cribas, Arenitu finu to’o arenitu medium no tinan husi Formasaun ne’e Late Perm. Resultadu husi analisa deskripsaun iha kampu hateten katak shape rounded, sorting good, no komposisaun mineral kuarsitu. Husi afloramentu no mos husi dadus ne’ebe mak iha fatuk ne’e sai nu’udar potensia fatuk rezervatorio.

Referencia
Audley-Charles, M.G. 1968. The Geology of Portuguese Timor. Memoirs of the Geological  Society of London No.4. University of London.
Bird, P.R., 1987. The geology of the Permo-Tiassic Rocks of Kekneno, West Timor. Unpublished Phd Thesis. University of London.
Charlton, T.R. 2001. The petroleum potential of West Timor. Proceedings of the Indonesian Petroleum Association 28, vol 1: 301-317.

Kamis, 24 Maret 2016

Cromite, Timor-Leste


Endapan Kromit

Gambar 1. Proses Segregation
mineral bijih yang dihasilkan oleh tipe ini contohnya : kromit, magnetit, dan lain – lain. (Basuki 2011)


Kromit adalah suatu mineral oksida dengan bentuk oktahedral yang terbentuk akibat proses kristalisasi magma. Kromit merupakan mineral oksida dari besi kromium dengan komposisi kimia (FeCr2O3) dengan bijih logam kromium. Mineral ini terdapat di dalam batuan beku ultrabasa seperti peridotit yang berasosiasi dengan intrusi magma. Selain itu, terdapat pula pada serpentin dan batuan metamorf lainnya yang terbentuk dari alterasi batuan beku ultrabasa. Mineral ini terbentuk pada temperatur yang sangat tinggi dan pada bagian bawah dari tubuh magma, dimana proses kristalisasi terjadi. Mineral kromit ini memiliki ciri – ciri warna hitam dan coklat kehitaman, gores coklat gelap, kilap logam, mineral opak yang tidak memiliki belahan, kekerasannya 5.5 - 6 dan berat jenisnya 4.5 - 4.8 (gambar 2). Kromit digunakan sebagai bijih utama dari kromium. Sekitar 76% produksi kromit dunia digunakan untuk industri logam terutama metal alloy dan sisanya untuk industry refraktory, foundry, kimia dan industri keramik. Kromit juga digunakan dalam pembuatan batu bata tahan api.

Secara genetik endapan kromit dibagi menjadi dua :

Gambar 2. Endapan stratiform kromit (Basuki 2011)
Endapan berlapis tipis (Gambar 2) atau dikenal dengan sebutan endapan stratiform (Bushveld Type) contohnya di Bushveld (Republik Afrika Selatan), Great D (Zimbabwe). 

Gambar 3. Endapan kromit podiform (Http://Ourgeology.com , 2016)

Endapan  berbentuk  kantong  atau  tabung (Gambar 3) yang dikenal dengan sebutan podiform (Alpine Type) contohnya di Guleman  (Turki), Barru  (Indonesia).

Endapan  stratiform  merupakan  lapisan (Gambar 2) pengkayaan kromit, yang ketebalannya berkisar dari beberapa sentimeter sampai dengan beberapa meter, dimana lapisannya  saling berselingan secara teratur  dengan  urut – urutan lapisan tipis olivin atau piroksen. Sebagai  contoh  adalah  di  Bushveld  barat yang mencapai ketebalan 1.10 m sampai  dengan 1.30 m  dan  dapat  ditelusuri  sampai  beberapa kilometer tanpa ada perubahan  yang  berarti  baik dalam  komposisi  mineral  maupun ketebalannya. Secara umum batas  antara pengkayaan kromit dan lapisan  dibawahnya sangat tajam. Lapisan kromit  makin  keatas berubah menjadi bintik - bintik  kromit  sebagai akibat bertambahnya silikat.

Endapan porliform merupakan badan  kromit yang berbentuk kantong sampai  bentuk tabung, biasanya berhubungan  dengan arah magmatic stratification, sebagai contoh bagian paling bawah bijih kromit masif, pada lapisan atasnya, merupakan bentuk jalur papan atau bijih berbintik - bintik. Struktur dalam badan kromit bervariasi. Kristal kromit padat rapat di dalam formasi bijih masif mengandung 75% sampai dengan 85%  volume kromit. Bijih  bulat  atau  berbintik  bintik  yang  terdiri dari  kristal bulat khromit berdiameter 0.5 - 2 cm di dalam massa dasar silikat seperti olivin, piroksen, serpentinit, merupakan ciri khas dari endapan karung bijih kromit. Bijih berbentuk pita berhubungan erat dengan  bijih masif, tetapi lebih kaya silikat dan kemudian membentuk mata rantai dengan  bijih berbintik - bintik (belang seperti leopard.

Jadi bagaimana dengan endapan kromit di Timor-Leste ? di Timor-Leste endapan kromit terdapat pada lokasi Behau, Manututo, penyebaran dari endapan kromit ini tidak begitu luas hanya berupa spot saja dan untuk tipe atau jenisnya sendiri hampir mirip dengan endapan porliform .
Kromit di lokasi ini berasosiasi dengan serpentinit, amfibolit dan batuan malihan laiinya.

Rabu, 23 Maret 2016

Facies Turbidite Wailuli Formation, East Timor


Secara sistematis mekanisme pengangkutan material sedimen dari laut dangkal menuju laut dalam yang ideal, umumnya diawali oleh suatu longsoran berupa slide yang merupakan suatu mekanisme transportasi massa dari sebuah blok/lapisan sedimen yang bersifat koheren pada suatu bidang luncur datar, tanpa deformasi internal. Luncuran slide tersebut mungkin dapat terubah menjadi slump yang merupakan rotasi koheren transportasi massa dari suatu blok/lapisan sedimen tadi pada suatu bidang luncur yang cekung (shear surface) dengan deformasi internal yang terjadi pada blok tersebut.
Setelah mengalami penambahan fulida/carian selama perjalanan menuruni lereng bawah laut, material slump mungkin dapat terubah menjadi suatu aliran debris (debris flow). Aliran debris/debris flow merupakan aliran plastic dengan kekuatan mengerosi. Seiring dengan penambahan fluida pada aliran debris laminar, aliran tersebut mungkin dapat berkembang menjadi suatu aliran turbidit/turbidity current (Shanmugam, 2005).
Peluncuran arus turbidit (turbidity current) terjadi dekat dasar sehingga mempunyai kekuatan untuk mengikis, hal ini akan berakibat terjadinya struktur pada alas lapisan misalnya: drag cast, flute cast (cetak suling), scouring, dan sebagainya. Fraksi kasar, dan proses sedimentasi terjadi setelah arus kehilangan tenaga. Karena pengendapan berlangsung cepat, sehingga endapan yang terjadi memiliki pemilahan yang buruk dan fraksi kasar berkesempatan mengendap terlebih dahulu, sehingga akan membentuk perlapisan karakter bersusun/graded bedding (interval a Bouma 1962). Pada bagian atasnya pemilahan berkembang semakin baik dan struktur sedimen yang terbentuk adalah perlapisan sejajar/parallel bedding (interval b Bouma 1962).
Fraksi halus lebih lama tertinggal di media dalam keadaan keruh. Pengendapan mula-mula berlangsung dengan adanya aliran fraksi dari suatu suspensi. Dengan demikian secara berurut-turut terjadi climbing ripple, current ripple, recumbent folded laminae, convolute lamination (interval c Bouma 1962). Pada akhir pengendapan drift sudah tidak ada lagi, sehingga yang terbentuk adalah pengendapan suspensi. Struktur yang terjadi yaitu laminasi sejajar/parallel lamination (interval d Bouma ' 62), disusul endapan pelitis (interval e Bouma 1962).
Secara sederhana menurut Middleton dan Hampton, 1976, arus turbidit adalah arus, di mana suatu massa fluida yang didukung oleh butiran bergerak secara turbulen (McLane, 1995 dalam Walker, 1992).
Butiran yang mengalir secara aktif merupakan butiran yang didukung fluida. Sebagian butir mengalir secara turbulent, sehingga pengendapan secara suspensi cukup berkembang, dan seluruhnya terendapkan bila energi telah habis sehingga terjadi autosuspension yaitu keseimbangan antara turbulensi dan suspensi (Bagnold, 1974).
Sedangkan menurut Walker, 1978 suatu arus densitas yang bergerak menuruni lereng pada daerah lantai samudera, yang dikontrol oleh gravitasi yang bekerja pada perbedaan densitas antara arus tersebut dengan densitas air laut sekitarnya. Kelebihan densitas pada arus ini, dapat dikarenakan oleh temperatur yang dingin, salinitas yang lebih tinggi atau karena sedimen yang tersuspensi di dalam arus tersebut. Di mana jika kepadatan dikarenakan oleh material sedimen yang terkandung pada arus tersebut, maka arus tersebut dinamakan arus turbidit.
 Lalu kalau begitu, apakah penting mempelajari arus turbidit dalam ilmu geologi ? penting sekali, sebab kebayakan dari pruduk turbidit ini juga menjadi recervoar yang baik, kita juga bisa menetukan dan mengetahui arus purba yang dulu dan juga mengetahui lingkungan pengendapannya tanpa menggunakan fosil, hanya mengacu pada struktur sedimennya.
Disini saya akan membahas sedikit tentang Facies turbidit yang ada di Timor-Leste, pada gambar diatas itu adalah produk dari endapan turbidit itu sendiri yang terdapat pada Formasi Waililu disepanjang sungai Laclo, Manututo, ini juga sebagai batuan recervoar, seperti yang kita ketahui sendiri Recervoar di Timor-Leste yang berumur Jura salah satunya adalah Formasi Wailuli. 
Untuk bisa menganalisis endapan turbidit di lapangan, sebelumnnya perlu pemahaman yang cukup mendalam mengenai konsep turbidit dari beberapa ahli turbidit, seperti Bouma, Walker dan Mutti, ketiga ahli tersebut mengemukakan konsep-konsep yang digunakan untuk memepermudah dalam menganalisis dan menginterpretasi endapan turbidit yang nantinya akan dijumpai di lapangan, konsep turbidit yang sangat sederhana yang seperti yang dikemukakan oleh Bouma, beliau membuat sebuah model sekuen yang beliau namakan "Sekuen Bouma"