Secara
sistematis mekanisme pengangkutan material sedimen dari laut dangkal menuju laut dalam yang ideal, umumnya diawali oleh suatu longsoran berupa slide
yang merupakan suatu mekanisme
transportasi massa dari sebuah blok/lapisan sedimen yang bersifat koheren pada
suatu bidang luncur datar, tanpa deformasi internal. Luncuran slide tersebut mungkin dapat terubah menjadi slump
yang merupakan rotasi koheren
transportasi massa dari suatu blok/lapisan sedimen tadi pada suatu bidang
luncur yang cekung (shear surface) dengan deformasi internal yang terjadi pada blok
tersebut.
Setelah
mengalami penambahan fulida/carian selama perjalanan menuruni lereng bawah
laut, material slump mungkin dapat terubah menjadi suatu aliran debris (debris
flow). Aliran debris/debris
flow merupakan aliran plastic
dengan kekuatan mengerosi.
Seiring dengan penambahan fluida pada aliran debris laminar, aliran
tersebut mungkin dapat berkembang menjadi suatu aliran turbidit/turbidity
current (Shanmugam, 2005).
Peluncuran arus
turbidit (turbidity current) terjadi dekat dasar sehingga mempunyai kekuatan untuk
mengikis, hal ini akan berakibat terjadinya struktur pada alas lapisan
misalnya: drag cast, flute cast (cetak suling), scouring, dan sebagainya. Fraksi kasar, dan proses sedimentasi terjadi setelah arus kehilangan tenaga. Karena
pengendapan berlangsung cepat,
sehingga endapan yang terjadi memiliki pemilahan yang buruk dan fraksi kasar
berkesempatan mengendap terlebih dahulu, sehingga akan membentuk perlapisan
karakter bersusun/graded bedding (interval a Bouma 1962). Pada bagian atasnya pemilahan
berkembang semakin baik dan struktur sedimen yang terbentuk adalah perlapisan
sejajar/parallel bedding (interval b Bouma 1962).
Fraksi halus lebih
lama tertinggal di media dalam keadaan keruh. Pengendapan mula-mula berlangsung
dengan adanya aliran fraksi dari suatu suspensi. Dengan demikian secara
berurut-turut terjadi climbing ripple,
current ripple, recumbent folded laminae, convolute lamination (interval c Bouma 1962). Pada akhir pengendapan drift
sudah tidak ada lagi, sehingga
yang terbentuk adalah pengendapan suspensi. Struktur yang terjadi yaitu
laminasi sejajar/parallel lamination (interval d Bouma ' 62), disusul endapan pelitis
(interval e Bouma 1962).
Secara sederhana
menurut Middleton dan Hampton, 1976, arus turbidit adalah arus, di mana suatu
massa fluida yang didukung oleh butiran bergerak secara turbulen (McLane, 1995 dalam Walker, 1992).
Butiran yang mengalir
secara aktif merupakan butiran yang didukung fluida. Sebagian butir mengalir
secara turbulent, sehingga pengendapan secara suspensi cukup berkembang, dan seluruhnya terendapkan bila energi
telah habis sehingga terjadi autosuspension yaitu keseimbangan antara turbulensi dan suspensi (Bagnold,
1974).
Sedangkan
menurut Walker, 1978 suatu arus
densitas yang bergerak menuruni lereng pada daerah lantai samudera, yang
dikontrol oleh gravitasi yang bekerja pada perbedaan densitas antara arus
tersebut dengan densitas air laut sekitarnya. Kelebihan densitas pada arus ini,
dapat dikarenakan oleh temperatur yang dingin, salinitas yang lebih tinggi atau
karena sedimen yang tersuspensi di dalam arus tersebut. Di mana jika kepadatan
dikarenakan oleh material sedimen yang terkandung pada arus tersebut, maka arus
tersebut dinamakan arus turbidit.
Lalu kalau begitu, apakah penting mempelajari arus turbidit dalam ilmu geologi ? penting sekali, sebab kebayakan dari pruduk turbidit ini juga menjadi recervoar yang baik, kita juga bisa menetukan dan mengetahui arus purba yang dulu dan juga mengetahui lingkungan pengendapannya tanpa menggunakan fosil, hanya mengacu pada struktur sedimennya.
Disini saya akan membahas sedikit tentang Facies turbidit yang ada di Timor-Leste, pada gambar diatas itu adalah produk dari endapan turbidit itu sendiri yang terdapat pada Formasi Waililu disepanjang sungai Laclo, Manututo, ini juga sebagai batuan recervoar, seperti yang kita ketahui sendiri Recervoar di Timor-Leste yang berumur Jura salah satunya adalah Formasi Wailuli.
Untuk bisa menganalisis endapan turbidit di lapangan, sebelumnnya perlu pemahaman yang cukup mendalam mengenai konsep turbidit dari beberapa ahli turbidit, seperti Bouma, Walker dan Mutti, ketiga ahli tersebut mengemukakan konsep-konsep yang digunakan untuk memepermudah dalam menganalisis dan menginterpretasi endapan turbidit yang nantinya akan dijumpai di lapangan, konsep turbidit yang sangat sederhana yang seperti yang dikemukakan oleh Bouma, beliau membuat sebuah model sekuen yang beliau namakan "Sekuen Bouma"
furak bapa,,!!!!
BalasHapusBagus bagus..tapi kurang detail, sehingga susah untuk di mengerti para pembaca lain..bisa di jelaskan kondisi geologi(litologi) dan lain-lain nya juga...thanks...tetaplah berkreasi
BalasHapusTerimakasih masukkannya,..oh ia datanya ada,,maaf ngk posting, klo ada yg perlu langsung data ke office USJTL aja,berlokasi di Caicoli,Dili...
Hapus