Rabu, 23 Maret 2016

Facies Turbidite Wailuli Formation, East Timor


Secara sistematis mekanisme pengangkutan material sedimen dari laut dangkal menuju laut dalam yang ideal, umumnya diawali oleh suatu longsoran berupa slide yang merupakan suatu mekanisme transportasi massa dari sebuah blok/lapisan sedimen yang bersifat koheren pada suatu bidang luncur datar, tanpa deformasi internal. Luncuran slide tersebut mungkin dapat terubah menjadi slump yang merupakan rotasi koheren transportasi massa dari suatu blok/lapisan sedimen tadi pada suatu bidang luncur yang cekung (shear surface) dengan deformasi internal yang terjadi pada blok tersebut.
Setelah mengalami penambahan fulida/carian selama perjalanan menuruni lereng bawah laut, material slump mungkin dapat terubah menjadi suatu aliran debris (debris flow). Aliran debris/debris flow merupakan aliran plastic dengan kekuatan mengerosi. Seiring dengan penambahan fluida pada aliran debris laminar, aliran tersebut mungkin dapat berkembang menjadi suatu aliran turbidit/turbidity current (Shanmugam, 2005).
Peluncuran arus turbidit (turbidity current) terjadi dekat dasar sehingga mempunyai kekuatan untuk mengikis, hal ini akan berakibat terjadinya struktur pada alas lapisan misalnya: drag cast, flute cast (cetak suling), scouring, dan sebagainya. Fraksi kasar, dan proses sedimentasi terjadi setelah arus kehilangan tenaga. Karena pengendapan berlangsung cepat, sehingga endapan yang terjadi memiliki pemilahan yang buruk dan fraksi kasar berkesempatan mengendap terlebih dahulu, sehingga akan membentuk perlapisan karakter bersusun/graded bedding (interval a Bouma 1962). Pada bagian atasnya pemilahan berkembang semakin baik dan struktur sedimen yang terbentuk adalah perlapisan sejajar/parallel bedding (interval b Bouma 1962).
Fraksi halus lebih lama tertinggal di media dalam keadaan keruh. Pengendapan mula-mula berlangsung dengan adanya aliran fraksi dari suatu suspensi. Dengan demikian secara berurut-turut terjadi climbing ripple, current ripple, recumbent folded laminae, convolute lamination (interval c Bouma 1962). Pada akhir pengendapan drift sudah tidak ada lagi, sehingga yang terbentuk adalah pengendapan suspensi. Struktur yang terjadi yaitu laminasi sejajar/parallel lamination (interval d Bouma ' 62), disusul endapan pelitis (interval e Bouma 1962).
Secara sederhana menurut Middleton dan Hampton, 1976, arus turbidit adalah arus, di mana suatu massa fluida yang didukung oleh butiran bergerak secara turbulen (McLane, 1995 dalam Walker, 1992).
Butiran yang mengalir secara aktif merupakan butiran yang didukung fluida. Sebagian butir mengalir secara turbulent, sehingga pengendapan secara suspensi cukup berkembang, dan seluruhnya terendapkan bila energi telah habis sehingga terjadi autosuspension yaitu keseimbangan antara turbulensi dan suspensi (Bagnold, 1974).
Sedangkan menurut Walker, 1978 suatu arus densitas yang bergerak menuruni lereng pada daerah lantai samudera, yang dikontrol oleh gravitasi yang bekerja pada perbedaan densitas antara arus tersebut dengan densitas air laut sekitarnya. Kelebihan densitas pada arus ini, dapat dikarenakan oleh temperatur yang dingin, salinitas yang lebih tinggi atau karena sedimen yang tersuspensi di dalam arus tersebut. Di mana jika kepadatan dikarenakan oleh material sedimen yang terkandung pada arus tersebut, maka arus tersebut dinamakan arus turbidit.
 Lalu kalau begitu, apakah penting mempelajari arus turbidit dalam ilmu geologi ? penting sekali, sebab kebayakan dari pruduk turbidit ini juga menjadi recervoar yang baik, kita juga bisa menetukan dan mengetahui arus purba yang dulu dan juga mengetahui lingkungan pengendapannya tanpa menggunakan fosil, hanya mengacu pada struktur sedimennya.
Disini saya akan membahas sedikit tentang Facies turbidit yang ada di Timor-Leste, pada gambar diatas itu adalah produk dari endapan turbidit itu sendiri yang terdapat pada Formasi Waililu disepanjang sungai Laclo, Manututo, ini juga sebagai batuan recervoar, seperti yang kita ketahui sendiri Recervoar di Timor-Leste yang berumur Jura salah satunya adalah Formasi Wailuli. 
Untuk bisa menganalisis endapan turbidit di lapangan, sebelumnnya perlu pemahaman yang cukup mendalam mengenai konsep turbidit dari beberapa ahli turbidit, seperti Bouma, Walker dan Mutti, ketiga ahli tersebut mengemukakan konsep-konsep yang digunakan untuk memepermudah dalam menganalisis dan menginterpretasi endapan turbidit yang nantinya akan dijumpai di lapangan, konsep turbidit yang sangat sederhana yang seperti yang dikemukakan oleh Bouma, beliau membuat sebuah model sekuen yang beliau namakan "Sekuen Bouma"




 














3 komentar:

  1. Bagus bagus..tapi kurang detail, sehingga susah untuk di mengerti para pembaca lain..bisa di jelaskan kondisi geologi(litologi) dan lain-lain nya juga...thanks...tetaplah berkreasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih masukkannya,..oh ia datanya ada,,maaf ngk posting, klo ada yg perlu langsung data ke office USJTL aja,berlokasi di Caicoli,Dili...

      Hapus